Tweeter Multifungsi

Sumber: Trubus online

1,5 bulan

Itulah waktu yang diperlukan Aliong untuk membuat walet bersarang di rumah walet miliknya di Ciwaru, Sukabumi, Jawa Barat. Pondasi-pondasi sarang mulai terbentuk di beberapa lagur. Menurut Eddy Wijaya, peternak di Jakarta Barat, idealnya rumah walet baru dimasuki si liur emas dan bersarang dalam waktu 3 bulan. ‘Kalau lebih dari setahun, rumah walet dianggap gagal. Burung walet cuma datang, tapi tidak bersarang,’ ujar Eddy.
Sukses itu membuat Aliong bergairah beternak walet. Sebelumnya ia nyaris patah arang. Harap mafhum, populasi walet di beberapa rumah miliknya dalam 3 tahun terakhir tak kunjung bertambah. Produksi sarang pun mandek.
Padahal, kondisi rumah walet Aliong sudah memenuhi syarat. Vegetasi di sekeliling rumah walet cukup ‘hijau’ sehingga sumber pakan alami seperti serangga melimpah. Kelembapan pun stabil di kisaran 90 - 95%. Cuma perangkat suara pemancing walet tidak berfungsi optimal. Pemutar suara walet sulit bekerja nonstop. Banyak tweeter tidak berfungsi lantaran kabel putus dan tidak diperbaiki. Menurut Eddy, jika dari awal rumah walet menerapkan pemakaian sound system, maka alat itu harus berfungsi terus-menerus. ‘Faktor itu penting dalam menentukan keberhasilan rumah walet,’ katanya.
Penutup tweeter
Harapan Aliong mulai bangkit saat salah seorang konsultan di Jakarta menyarankan untuk mengganti perangkat audio baru. Aliong tertarik mencoba karena desainnya berbeda dengan perangkat sebelumnya. Keputusannya mengganti itu tidak sia-sia. Baru 1,5 bulan mencoba tweeter baru, lagur tampak mulai dipenuhi pondasi-pondasi sarang.
Uniknya, kebanyakan pondasi sarang itu dibangun menempel pada tweeter. ‘Pada rumah walet yang menggunakan sound system, biasanya walet membuat sarang di dekat sumber suara,’ kata Eddy. Fenomena itu tidak akan terjadi bila kualitas tweeter kurang bagus dan tidak didesain untuk ditempeli sarang.
Pada kasus Aliong, walet tertarik membentuk sarang lantaran tweeter dilengkapi nesting plank atau penutup berupa lempengan plastik mirip saringan. Dengan penutup itu, walet bisa hinggap dengan mencengkeramkan kuku-kukunya ke permukaan saringan sehingga burung dapat beradaptasi lebih cepat dan nyaman membuat sarang.
Fasilitas itu tidak dijumpai pada rancangan tweeter yang digunakan Aliong sebelumnya. Ia menggunakan tweeter corong terbuka. ‘Walet hanya tertarik datang dan terbang berputar-putar di sekitar sumber suara, tapi pergi lagi karena sulit hinggap,’ ujar Eddy.
Penutup tweeter itu dapat dilepas-pasang. Usai panen, penutup tweeter digunakan kembali dengan cara ditempelkan pada lagur di samping tweeter semula. Maksudnya, agar sang anak bersarang di nesting plank sehingga terbentuk koloni. ‘Bekas sarang di nesting plank jangan dicuci agar aroma liur dapat mengundang walet kembali bersarang,’ kata Eddy. Sedangkan tweeter ditutup kembali dengan saringan baru, begitu seterusnya. Dengan begitu tweeter berfungsi seperti sarang palsu untuk memancing walet segera bertelur.
Tweeter NP - sebutan tweeter dengan nesting plank - dirancang agar memudahkan walet membuat sarang. Itulah sebabnya bagian tepi tweeter miring dengan sudut landai dan tipis. Dengan begitu bentuk sarang yang menempel pada tepi tweeter tetap utuh dan bernilai tinggi yang harga normalnya mencapai Rp14,5-juta/kg. Sebelumnya Aliong menggunakan tweeter bertepi tebal, sekitar 0,5 cm. Akibatnya sarang yang menempel di tweeter menjadi cacat dan dianggap patahan. Sarang seperti itu nilai jualnya Rp7-juta - Rp9-juta/kg.
Hemat energi
Aliong memasang 8 - 12 tweeter di setiap kolom berukuran 4 m x 4,5 m. Dalam setiap lantai terdapat 8 kolom. Ia memasang 200 - 300 tweeter untuk setiap rumah walet. Meski jumlahnya banyak, tapi konsumsi daya amplifier hanya
0,0075 W per tweeter. Artinya, untuk 100 tweeter membutuhkan daya 0,75 W.
Menurut E. Sugianto, konsultan audio walet di Taman Palem, Jakarta Barat, kualitas suara yang dihasilkan dari tweeter sangat menentukan keberhasilan memancing dan membuat walet bersarang. ‘Semakin alami suara yang terdengar dari tweeter, semakin baik mengundang walet,’ kata pria yang hobi mengutak-atik perangkat audio itu. Suara alami dapat diperoleh bila tweeter menghasilkan spektrum suara luas dengan tingkat tekanan suara atau sound pressure level (SPL) relatif sama. Dengan begitu suara piyik berumur 1 - 6 minggu pun terdengar jelas.
Tweeter yang digunakan Aliong juga dilengkapi Hi-Grade Non-Polar Capacitor. Komponen itu menyaring suara-suara frekuensi rendah. ‘Suara frekuensi rendah akan mengacaukan pendengaran walet,’ kata Eddy Wijaya. Kehadiran suara frekuensi rendah juga membuat membran tweeter bekerja keras dan menyedot energi. ‘Kapasitor berperan mencegah suara rendah menuju membran sehingga tweeter awet hingga lebih dari 5 tahun,’ kata E. Sugianto. Kombinasi lingkungan yang sesuai dan penggunaan perangkat audio yang berkualitas itu berhasil mendongkrak niat Aliong untuk terus beternak walet. (Imam Wiguna)

Related product you might see:

Share this product :

Posting Komentar

 
Support : toko walet
Copyright © 2013. toko-walet.com - All Rights Reserved
Template Created by K3N